Alasan Pembenar Aborsi terhadap Kehamilan Akibat Perkosaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui syarat agar kehamilan akibat perkosaan tidak dipidana, dan memahami alasan yang membenarkan tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan di Kantor Kepolisian daerah Sumatera Utara, bagian Direktorat Reserse Kriminal Umum, pada Subdit IV Renakta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. data primer berupa hasil dari wawancara dengan Ibu Hariani, S. Sos. M. Ap, Kepala Unit Perempuan dan Anak, Subdit IV Renakta, Direktorat Reserse Kriminal Umum. Data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis dilakukan secara kualitatif yuridis normatif dan empiris. Hasil penelitian menunjukkan syarat aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan tidak dapat dipidana adalah kehamilan akibat perkosaan atau tindak pidana lain yang mengakibatkan kehamilan, usia kehamilan maksimal 40 hari terhitung sejak hari pertama haid terakhir, kehamilan yang membahayakan nyawa dan kesehatan bagi janin dan calon ibu (indikasi medis), penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan yang tidak dapat diperbaiki dan dapat mempersulit bayi jika dilahirkan dan alasan yang membenarkan tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan adalah bahwa kehamilan akibat perkosaan merupakan suatu aib bagi perempuan yang bersangkutan, keluarganya, maupun masyarakat pada umumnya, sehingga perempuan korban perkosaan malu untuk melaporkan perkosaan yang dialaminya kepada pihak kepolisian Selanjutnya kesulitan tersebut perlahan akan terungkap juga apabila dipandang dari segi kondisi fisik korban atau calon ibu. Di sisi lain anak yang lahir akibat perkosaan juga sering dipandang aib di lingkungannya, cenderung mendapatkan diskriminasi, atau anak tersebut akan merasa malu apabila dipertanyakan orang siapa orangtuanya.